Konsep Jamu Indonesia


Kebudayaan dapat di bagi menjadi tujuh unsur pokok, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi dan kesenian. Sistem pengobatan dapat dimasukan ke dalam unsur sistem pengetahuan suatu bangsa yang dalam realitasnya dapat dimasukan kedalam unsur teknologi. Kebudayaan jawa mempunyai sistem pengetahuan pengobatan yang sudah ratusan tahun digunakan oleh masyarakat jawa, yakni sebelum masuknya teknik-teknik kedokteran modern. Sistem pengobatan tersebut disebut sebagai sistem pengobatan tradisional.
Sistem pengobatan tradisional dewasa ini telah banyak mendapatkan perhatian karena sistem ini dalam kenyataanya di masyarakat pada umumnya masih hidup dan berdampingan dengan sistem pengobatan modern. Sistem pengobatan tradisional mendapat perhatian para pakar dibidang kesehatan karena sistem tersebut dapat menjadi alternatif dalam pemulihan kesehatan manusia. Dewasa ini terjadi kecenderungan di dalam golongan masyarakat untuk mengurangi atau menghentikan pemakaian baha-bahan kimia di dalam pengobatan.

Masyarakat jawa, sejak ratusan tahun juga sudah memiliki sistem pengobatan tradisional. Sistem pengobatan tersebut sampai dewasa ini masih tumbuh subur bahkan sebagian sudah menjadi suatu sistem industri yang cukup besar yang dikenal dengan nama jamu.
Sistem-sistem medis tradisional dalam kenyataannya masih tetap hidup meskipun praktik-praktik biomedik kedokteran makin berkembang pesat di negara kita dengan munculnya pusat-pusat layanan kesehatan, baik yang dikelola oleh pemerintah atau swasta. Karena itu, dewasa ini para ahli antropologi kesehatan banyak mencurahkan perhatian pada konsep pengobatan dan obat-obat tradisional.
Menurut Foster dan Anderson, di dalam masyarakat pedesaan konsep penyakit di kenal dengan istilah personalistik dan sistem naturalistik. Sistem personalistik ialah penyakit yang di percaya disebabkan oleh sesuatu hal di luar si sakit seperti akibat gangguan gaib seseorang (guna-guna) dan yang lainnya. Sistem naturalistik adalah penyakit yang disebabkan oleh sebab alamiah seperti cuaca dan gangguan keseimbangan tubuh.
Pemahaman tentang penyakit tersebut mempengaruhi pola pengobatan dan pemilihan alternatif pengobatan. Berbagai hal tentang obat-obat tradisional dan konsep pengobatan di jawa pernah diteliti para pakar seperti Kasniyah (1987) yang menelliti etiologi penyakit secara tradisional dalam pikiran orang Jawa.
Menurut Djojosugito, obat tradisional menyangkut 2 hal, pertama adalah obat atau ramuan obat tradisional, dan kedua adalah cara pengobatan tradisional. Sedangkan pengertian obat tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat di peroleh secara bebas (DitPom, Depkes RI dalam Djojosugito).
Yang pelu dilakukan saat ini terhadap obat-obat tradisional, yang kadang-kadang tampak tidak rasional, ialah observasi. Kalau observasi ini menghasilkan keyakinan adanya fenomena yang berulang-ulang, dengan deduksi kita berusaha menerangkan fenomena tersebut atau secara induktif kita coba membuat hipotesis atau spekulasi yang harus di buktikan. Dalam hal ini kita berada pada ujung tombak pengetahuan (frontier of knowladge) (Djojosugito, 1985).
Konsep Usulan untuk Jamu Indonesia
Dari semua penelitian pada jamu tradisional yang dilakukan oleh para ahli, tidak ada konsep yang jelas mengenai sebenarnya konsep pengobatan jamu itu apa dan bagaimana. Walau mungkin saya erupakan orang baru dalam hal dunia medis, khususnya pengobatan terutama tentang obat tradisional (jamu), tapi saya akan mencoba membuat suatu konsep tentang jamu tradisioanl, agar jamu tradisinal Indonesia memiliki ciri khas tersendiri.
Konsep yang saya ambil untuk Jamu Tradisional Indonesia bernama “Konsep Mo-Ka untuk Jamu Indonesia”. Seperti halnya konsep yang dimiliki oleh pengobatan Cina yaitu konsep Ying dan Yang, yang artinya panas dan dingin, konsep Mo-Ka ini juga memiliki arti tersendiri.
Kata Mo-Ka kepanjangan dari Mojang-Jaka, diadopsi dari bahasa Sunda yang berarti bahwa Mojang adalah identik dengan seorang perempuan terpilih yang memiliki kelembutan pada sifat-sifatnya, keanggunan dalam perilakunya, dan intelektualitas tinggi pada dirinya, yang biasanya menjadi “obat” bagi orang-orang disekitarnya. Dan Jaka sendiri identik dengan seorang lelaki sejati, tangguh, kuat menghadapi “penyakit” di sekitar lingkungannya, yang biasanya digunakan sebagai sandaran bagi orang yang sedang “sakit”.
Alasan mengapa saya memakai kata konsep Mo-Ka sebagai ciri khas dari jamu tradisional Indonesia adalah karena terdapat banyak persamaan sifat dari pasangan “Mo-Ka ” asli berupa manusia, dan konsep “Mo-Ka ” pada Jamu.
Pertama, Mojang-Jaka adalah sebuah simbol dari pasangan, yang terdiri dari seorang perempuan dan laki-laki yang keduanya memiliki kelebihan sendiri-sendiri yang apabila itu di gabungkan akan saling melengkapi satu sama lain. Begitu juga dengan jamu di Indonesia yang kebanyakan nama jamu di Indonesia terdiri dari dua pasang kata, berasal dari nama tumbuhan penyusunnya yang memiliki khasiat berbeda yang apabila dicampurkan kedua bahan tersebut pada takaran yang tepat, akan menghasilkan suatu produk yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Kedua, sebagaimana fitrah yang di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, bahwa segala sesuatu yang diciptakan di dunia ini adalah berpasang-pasang. Perempuan akan di pasangkan dengan laki-laki, jauh berpasangan dengan dekat, tinggi berpasangan dengan rendah, baik berpasangan dengan buruk, panas berpasangan dengan dingin yang bila pasangan itu disatukan akan menghasilkan suatu sensasi yang pas, tidak kurang tidak lebih. Begitu juga jamu, diciptakan dengan memasangkan tumbuhan berkhasiat yang memiliki sifat berbeda agar satu sama lain dapat bekerja sama mengobati penyakit tanpa menimbulkan ketoksikan yang berarti.
Ketiga, mojang jaka adalah pasangan yang di saring dari brpuluh-puluh, ratusan, atau mungkin ribuan orang yang ingin menjadi Moka, tapi hanya dua orang yang bisa terpilih dan mendapat gelar Mo-Ka of the year, dan bagi mereka yang tidak terpilih akan mencari bakat lain yang ada di dirinya agar bisa menjadi “Mo-Ka ” di bidang lain. Begitu pila jamu, dibuat dan diracik dari tanaman (bahan baku obat) yang berkualitas, yang sebelumnya diadakan penyeleksian terlebih dahulu, sehingga yang akan diracik menjadi jamu tradisional adalah bahan-bahan baku yang berkualitas, bukan yang sembarang.
Kira-kira itu mungkin alasan mengapa saya memilih konsep Mo-Ka untuk Jamu Tradisional Indonesia. Itu hanyalah imajinasi yang berlebih, yang kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Jaya terus Obat Tradisional Indonesia, Maju terus apoteker Indonesia...!!!
Terima Kasih.
2 Responses
  1. ffgfg Says:

    maksasih bro artikelnya,,,jual jamu kuat pria